[NgeNgomen] Dalam Mihrab Cinta


Hm… first of all… penting ditekankan di sini, saya hanya penikmat karya anak bangsa… so klo terlalu banyak komentar -baik positif maupun negatif- harap maklum πŸ™‚

Terus terang saya tidak punya ketertarikan untuk menonton film Dalam Mihrab Cinta ini, tapi karena ni mata tidak mau dikatupkan dan ni jari sudah bebal rasanya, akhirnya saya putuskan juga untuk menonton pelem garapan Kang Abik ini, itupun nyambi nge-translate, he3.

Ada beberapa poin yang ingin saya kritisi dari film bernuansa Islami ini, pertama dari segi semangat dakwahnya, kedua dari segi alur cerita dan ketiga dari segi film itu sendiri.

Poin Pertama
Hadirnya film-film berbobot dan berkualitas secara konten seperti Mihrab Cinta ini tentunya patut didukung. Apalagi di tengah maraknya film-film “nggak jelas” di kancah perfilman Indonesia, yang hanya menjual aurat dan nafsu saja, maka hadirnya film seperti Mihrab Cinta dapat mewarnai dan menjadi alternatif cerdas dalam memilih hiburan.

Poin Kedua
Mungkin memang “hobi”-nya Kang Abik selaku penulis cerita “Dalam Mihrab Cinta” ini, yang membuat kisah-kisah bergenre “dramatic love tragic” (hahaha.. susah dijelaskan :P). Yang menghadirkan sosok pria yang digandrungi wanita, dan harus ada korban jiwa dalam persaingan cinta yang tidak tampak dan memang tidak dibuat agresif tersebut. Baik melalui sakit berkepanjangan (ayat-ayat cinta), atau kecelakan (di film ini :P). Hm… referensi percintaan penulis tampaknya kurang, untuk hadirkan cerita yang tidak monoton dari satu karya ke karya berikutnya. Bagi penikmat karya Kang Abik, tampaknya bisa menemukan titik jenuh dan pola yang itu-itu saja tersebut. (Atau saya yang terlalu cepat bosan?)

Poin Ketiga
Mungkin karena ini film pertama yang di garap langsung oleh Kang Abik dan juga latar belakang beliau yang bukan dari dunia perfilman (bener g y? taunya sotoy :P), sehingga penilaian saya… film ini lebih cocok dijadikan sinetron dari pada film, hehehe. Selain unsur dramanya yang terlalu kental, juga kurangnya ke-artistik-an dalam pengambilan gambar. Not special as movie, and too common as TV drama series.

Dan… transisi loncatan dari satu adegan ke adegan lain yang begitu cepat, membuat penonton kurang bisa menghayati setiap scene yang ditayangkan. Masih menikmati suasana A, eh diadegan berikutnya sudah berubah ke suasana yang lain. Tiap permasalahan yang dihadapi tokoh utama juga tidak ada eksplorasinya, sehingga penonton kurang bisa menikmati. Seperti… ketika si Samsul di penjara, bisa dibuat lebih mengoyak-ngoyak perasaan lagi. Atau ketika ditinggal mati calon istrinya, hua bisa di obok-obok tuh perasaan pemirsa. Nah… proses mempermainkan perasaan penonton itu yang tidak saya dapatkan dari film ini. Saya seperti sedang “numpang” nonton di tempat orang, yang karena orangnya mau ada kesibukan lain, penayangan adegannya di percepat terus πŸ˜›

Well… nge-komen tentunya lebih gampang daripada di suruh bikin. Saya di suruh bikin film yang lebih bagus tentunya juga nggak bisa πŸ˜› Tapi… kedepannya, semoga karya-karya bermutu secara konten, juga dipoles secara berkualitas dipenampilan artistiknya.

-my two cents-

2 thoughts on “[NgeNgomen] Dalam Mihrab Cinta

  1. nah.. nova masih bingung lho na pas di bagian awal. pas si zizi ketemu sama samsul di kereta.
    masih blm kecerna.. ini nih alur maju, atau mundur atau maju mundur. Kyknya d kereta itu baru kenalan, tapi kq ceritanya tiba2 udah ketahuan jadi maling dan tiba2 zizi seolah2 udah kenal sekali..

    bingung ah klo dijelasin lewat tulisan -_-“

    • xixixi…
      Hm… kayaknya itu buat pertemuan pertama mereka, trus buat justifikasi lebih lanjut oleh Zizi kalo si Samsul orang baik… Trus kayaknya lagi.. itu juga yang jadi alasan Si Burhan menjebak si Samsul, karena dia melihat Zizi bareng Samsul turun dari kereta.

      However… banyak adegan yg nge-gantung dalam film ini, yg ‘g jelas’ tujuannya gmn2, mungkin lebih enak baca novel nya aja Nova πŸ™‚

Leave a reply to Novalia Anggraini Murad Cancel reply